Backsound | Pee Wee Gaskins – Ad Astra Per Aspera
album


Hari sebelom kemaren :
Dua hari telah berlalu, terlewat dengan menunggu dan hujan.Dalam diam aku tertawa dan dalam diam aku meneteskan air mata.Dari balik jendela aku menunggu kamu, melalui celah pintu aku mengamati kedatangan kamu, namun semuanya hanya fana. Kamu tak datang dan tak ada kabar. Kesal, sedih, namun aku tak bisa mengekspresikan itu semua.Sebentar lagi senja, akhirnya kamupun hadir. Walau hanya sebatas pesan singkat, tapi itu adalah kesenangan tersendiri untuk raga rapuh ini.Melompat liar, tertawa kasar, senang bukan main dalam hati berteriak-teriak.Dalam senang aku tersenyum-senyum semacam orang gila, dalam girang aku menari-nari semacam kuda lumping, semua karena kamu, karena gadis tersayang. Kamu adalah hidup, kamu adalah harapan, kamu adalah masa depan.Untuk hari ini, berakhir sampai disini.


Hari kemaren :
Raga melemah, kuputuskan untuk melangkah menuju rumah.Beristirahat sejenak untuk memulihkan kondisi, tapi kasur berkata lain dan akupun terlelap.Terbangun dalam malam, merasakan lapar dan media komunikasi pun berdering.Sebuah pesan dari gadis tersayang, seharusnya esok hari dia ingin berkunjung bersama ku dan malam itu ingin bermalam bersama ku, tapi kabar itu sudah telat. Aku telah terlelap dalam istana dan dia pun berkegiatan ekstra malam itu.Esok hari berarti hari ini, dia pergi untuk audisi (lebih tepatnya adalah teman sekamarnya).Nomor urut 180rb lebih, entah kapan berdiri dihadapan para dewan juriTetap semangat ya sayang, semuanya butuh perjuangan dan pengorbanan. Ber-ikhlas lah, tetap sabar, berdoa dan teruslah berusaha, tuhan telah mendengar doa kamu dan teman kamu, tapi Dia ingin melihat usaha kamu sebelum mengabulkannya.Jangan lupa makan siang ya, aku sayang kamu :*
 
Terbangun karena situasi, samar redup dan sunyi
Feeling down, sedikit seperti itu lah rasanya
Terus merasa bersalah akan luka masa lalu, kembali membongkar

ya, kembali di bongkar.

itu luka yang selama ini aku berusaha untuk tutup dan obati
andaikan itu adalah sebuah racun, kamu adalah penawar racun
yang selayaknya menawarkan bahkan menghilangkan racun yg ada
bukan sebaliknya 

Penjahat memang tak akan pernah menjadi pribadi baik
walaupun dia sudah melakukan hal baik
wajarlah, segala nya di nilai melalui cover yang terlihat
bukan dari apa yang ada di dalam 

Sarapan pagi ini adalah luka
Terima kasih, sangat terima kasih
Aku akan terus tersenyum apapun yang terjadi

:)
 
Malam itu pasukan "garis depan" kembali ngamen di medan perang kemaren, dan kami memang sudah mempersiapkan sedari awal. Kami tiba sekitar jam 7 malam dengan terbagi menjadi 2 kedatangan.

Pasukan menyuguhkan beberapa atraksi, mulai dari membuat opening sampai mengangkat senjata mereka melebihi kapasitas kebiasaan, dan itu adalah suatu kebanggaan buat aku. Riuh dan ricuh sambutan dari penikmat menambah emosi senang semakin menjadi dan terpompa keluar. Malam itu adalah sunguh sesuatuh sekalih.

Perang pun selesai, kami beranjak meninggalkan medan (geser keluar doang sih sebenarnya), karena memang suasana sudah crowdid (entahlah tulisan benernya seperti apa, yg penting gaspoll dah. hha) sekali melebihi kapasitas yang sewajarnya untuk medan yang seperti itu.

eh eh eh, kami dapet compliment satu set paket makanan untuk seluruh tim dan pasukan yang telah hadir, biarpun hanya sekedar mie goreng tek tek versi mewah, tapi cukuplah untuk mengganjal euforia perut yang sudah menggema sedari kami berangkat. Makan makan makan dan makan sampai semuanya kenyang dan ahh penuh sekali perut ini, hha.

• • • 

Aku terduduk bareng eneng dan beberapa cangkir kopi serta pemiliknya, kami berbincang mesra dengan pembahasan santai mengenai langkah berikutnya dari naungan tim kecil yang aku telah rintis. Aku tak pernah menyangka akan menjadi seperti ini, dasarnya aku hanya ingin membantu share dan support seadanya kepada rekan-rekan di medan perang melalui dunia khayal yang aku sedikit cukup mengerti dalam menggunakannya. Namun akhirnya, langkahku pun membawaku sampai sejauh ini, aku sekaligus menjadi tim penggerak dalam tim kecil ku dalam berbagai suguhan perang, tentunya aku di bantu oleh eneng yang dengan senang hati dan sabar menghadapiku yang sedikit pesimis ini.

Semakin larut dan semakin menghitam cangkir kopi di atas meja, semakin meredup juga sinar rembulan yang menerangi kami dan seluruh yang ada disana (tsaaahhh elah, sok iye banget dah). Kembali terfikir, dan tersimpan sedikit ragu serta takut, namun sekali lagi mereka memberikan support yang sangat berarti untukku dan tim kecil serta naungan tim kecil ku. 

Beribu doa terkirim kepada pemilik malam dan alam raya, berharap ini adalah jalan yang memang benar-benar Dia berikan. Berusaha dan terus bersyukur untuk segala yang ada, tujuannya hanya satu, mencapai ridho-Nya.

Semoga apa yang telah aku lakukan untuk mereka, dapat terbalaskan, paling tidak terlihat senyum bahagia tanpa ambigu dari mereka semua. 

Waktu terus berjalan, sampailah aku pada rutinitas harian ku, segera di perpanjang lain waktu dengan beberapa cerita lagi. Selamat beraktifitas dan selamat tahun baru (imlek), jangan lupa angpao nya ya, hahai.
 
Harusnya aku menuliskan catatan ini di hari kemarin, namun tidak apalah jika sekarang kembali menuliskan sedikit cerita yang ada disini.

Waktu senja, tim kecilku telah datang dan tersenyum gembira seperti biasa. Aku masih berkutat dengan rutinitas seperti biasa.

Eneng – Briefing jam berapa dad?
Aku – Abis maghrib kayaknya neng.
Eneng – ohh, oke.
Akang – Bakaran dulu yok, bentar ya met.
Aku – woles bang, tar ogut nyusul.
Eneng – ikutan nah

Dialog kecil dalam rentang waktu singkat, seringkali ku terlamun melihat mereka. Lucu, aneh, di luar nalar, keren, segalanya masuk blender dan cair bareng-bareng. (kembali ke topik).

Waktu terus berjalan, hingga senja pun menghilang dan berganti shift dengan sang malam. Begitupun denganku, rutinitas ku sedikit tergantikan dengan hal baru yang sedikit menarik urat dan menguras pikiran. Menghitam dan berbakar menjadi teman dikala menunggu, entah menunggu mereka, menunggu dia, bahkan menunggu diriku sendiri.

Akhirnya saat itupun datang, aku melangkah menuju lokasi bersama tim kecilku. Tak terlihat mereka disana terkecuali gitarisku tercinta (kami bukan homo). Kembali berbakar dan tidak menghitam seraya menunggu semua hadir. Tawa canda bahkan cela sempat keluar, namun kami tetap fun dan tetap menjaga rasa kekeluargaan.

Dan team pun lengkap, mulailah pertarungan urat dan argumen antara aku dan tim kecil bersama team lengkapku. Kekecewaan terlihat dari wajah mereka, aku pun begitu, tim kecilku pun seperti itu. Debat demi debat, urat demi urat, penat pekat dalam suasana telat bertarung dalam gaya masing, hingga kami pun bingung dan labil, apa yang sebenarnya kami bicarakan kali ini, mencong sana sini, tak terarah dan tanpa solusi pasti.

Kembali, tawa canda kembali hadir namun itu tidak lama. Malam menegang dan kamipun bubar (tanpa kejelasan yang benar-benar bisa di terima oleh nalar). Yasudahlah, usap dada (dada sendiri) dan tersenyum lepas adalah pilihan paling mario teguh. Bubar dan kembali kepada rutinitas masing-masing.

Tim kecil dan aku tiba kembali di rumah idaman, kembali kami berbincang mengenai apa yang tadi kami bingung kan. Akang membuka suara, “kalian harus lebih tegas dalam segala macam pencapaian hal, itulah titik dimana kalian akan menemukan diri kalian dan kalian akan menjadi dihormati, tidak seperti sekarang. Pada dasarnya kalian sudah terlalu baik untuk mereka dan semuanya, hentikanlah keluhan kalian, bergeraklah dengan langkah pasti. Pikirkan dan lakukan.”

Terdiam, berfikir, dan tetap pada posisi duduk setengah pegal.

Ada benarnya, dan mungkin benar semua apa yang di katakan akang, kami kurang tegas tp ada alasan dibalik semua itu. Tapi memang benar apa yang dikatakan akang, sekali lagi, tapi memang benar apa yang dikatakan akang. Saling pandang dan manggut-manggut kecil antara aku dan eneng menandakan setuju untuk melangkah lebih jauh dan lebih mengexplore diri lebih dari ini (padahal aku sempat pesimis). Alasan rasionalnya, karena aku sayang kalian semua, dan aku tidak akan pernah sanggup untuk pergi dari kalian semua. Mulai sekarang, kalian ikut aturan mainku, jika dalam waktu yang di tentukan kalian tidak menjadi lebih dari ini, aku akan benar-benar melangkah keluar.

Kenapa? ini juga untuk kalian, kalian butuh kemajuan, tapi kalian juga butuh usaha untuk mendapat “kemajuan” tersebut. Cobalah berfikir dan mengerti sekitar, sedikit menoleh lah kebelakang dan lihatlah siapa diri kalian. Aku berharap kalian sadar, dan bisa menjadi lebih dari ini. Maap dan terima kasih.
 
When the world is going danger
and i fell like an angel with two wings out
and i feel like a stranger
in my place that i was born into this world

if im a blackstar and you're the lover
you are the lover and im a killer

im flying away on the funeral dreamer
take me to the famous place
make me be a superstar

like a stone can break the bones
and the noodles fall to the floor, into the ground
sing a song with frankenstein
hear my voice and feel the pain, you'll lost your brain


im flying away on the funeral killer
take me to the famous place
make me be a superstar

#Lyrics
 
Sore itu tepat jam 5 sore (seharusnya) aku berangkat menuju tempat tersebut, beberapa kendala (estimasi waktu dan lelet) hadir di tengah-tengah keluargaku.

Tepat jam 6 sore aku pun serentak bergerak memapak aspal.

Kondisi jalan padat merayap, salip kanan kiri menjadi sedikit solusi melepaskan diri dari kejamnya jejeran arus lalu lintas, dan terpisahlah rombongan playgroup yang semula ber-iring iringan pada awalnya.  (ahh sudahlah itu tidak penting)
Jam sudah bergerak menuju angka 7 geser dikit dan aku masih terduduk tenang pada kuda besi, sabar semakin sabar sampai pada ujung rasanya. Bergairah lah emosi dan segala macam rekan-rekannya, melebur menjadi sebuah bias senyum penuh tanda tanya, harus kah senang yang keluar saat ini? harus kah sedih yang keluar saat ini? harus kah kesal yang keluar saat ini? atau harus kah aku diam semacam tiang listrik di pukul keras tukang ronda?

Tepat jam 8 malam kurang beberapa puluh menit kami tiba.

Senang dan tenang bercampur dengan sedikit kebelet pipis hadir di awal kami tiba, dan panitia acaralah tujuan ku saat itu (mau bertanya dimana toilet terdekat). Pipis telah usai, berbakarlah sejenak untuk memanggil tenang keluar dari dalam. Celingak celinguk tanpa kejelasan mencari gadis tercinta yg sudah tiba sejak jam 5 sore tadi dan panitia tentu nya untuk aku mendaftar ulangkan pasukanku untuk bertempur disana.

Daftar ulangpun terselesaikan, terima kasih banyak untuk eneng yang selalu harus aku repotkan (maap ya neng).

70% tim sudah tiba dan siap tempur malam itu, sisa nya masih berjuang dengan lampu jalan ibukota yang mulai makin terang karena kondisi semakin larut. Jam setengah 9 pun memanggil, dan lengkaplah semua pasukan tempurku, alhamdulillah. Istirahat sejenak, loading amunisi, prepare dan prepare segalanya.

Yeah, kami ready !

Pasukan “anak-anak marah” menjadi pembuka untuk penampilan tim ku dalam medan perang disana, dan hasilnya? ruangan bergema. Penampilan usai, mereka pun merapikan peralatan perang dan bergerak turun.

Selanjutnya adalah pasukan “kalem” yang meneruskan perjuangan, setelah jeda 3 tim dari pihak lain, merekapun siap tempur. Sikat semua lawan, bergerak bebas, dan mereka juga menggema. Yeah, itulah yang aku tunggu. Mereka pun usai, keringat pun mengucur disertai mata memedas (istirahat lah sejenak tim, kalian hebat).

Pasukan “boneka” ku sudah bersiap untuk melanjutkan perang. Menata strategi dan aksi yang akan di gunakan untuk menyerang. Alhasil, meraka pun ikut bergema dan lebih bergema dari perang minggu sebelunmnya (good job tim).

Hal tak terduga pun hadir.

Pasukan “garis depan” ku tak dpt ikut perang karena susatu hal dari pihak lawan, ahh. Not fair men ! What the F ! Mereka-meraka dan pasukan ku yang bisa, kenapa tim terakhir ku tidak bisa? Tanda tanya besar berputar, keringat dingin mengucur (nahan boker), tubuh bergetar (efek naik bajaj kemaren bersama gadis), dan mumet pun hadir bersamaan dalam satu waktu itu.

Pasukan ku terperangah tak percaya (aku pun begitu), eneng pun menjadi layu dan terlihat meletih (maapin dad ya neng). Tarik napas, buang. Tarik napas, buang. Tetap kepala dingin, mari selesaikan permasalahan ini dengan segera.

Negosiasi pun terjadi, aku feat eneng vs panitia, hha. (semacam pertandingan sm*ck d*wn yess)

Masih dengan cucuran keringan dingin, eneng terlihat lebih meletih namun tetap tegar membela aku dan pasukan terakhirku (you’re the best neng), namun tetap tidak bisa. Dan sangat disayangkan, pasukan ku baru bisa bertempur di hari minggu (damn! ini adalah mood destroyer – ngomong apasih aku). Dengan berat hati dan tidak ada pilihan lain, pasukan ku kembali ke camp dengan bias senyum di masing-masing raut wajah lelah tanpa rasa puas berbalut sedikit kesal (aaarrrrrrggghhh!).

Gadis terlihat mendatar, senyum indah hilang sekejap. Kembali tanda tanya berputar di atas kepala layaknya kartun-kartun yang ada di kotak pembodohan. Maap sayang, kamu jadi ikut repot dan terbebani dan menunggu dan menggarap materi perang kamu disini dan akhirnya kamu terlihat bete kepada aku. Bersalah (ya), sedih (ya), tidak puas (ya), kecewa (ya), semuanya bercampur aduk menjadi satu, dengan atau tanpa kecap asin sudah dapat dipastikan bahwasanya rasa itu sungguh tidak ashoy dan tidak lejat.

Kami bergegas menuju camp, sejenak aku memulangkan gadis tersayang kepada tempat ternyamannya. (maap, maap, dan maap ya sayang, kamu jadi pulang larut).

Kurang lebih tengah malam aku sampai di camp, nasi goreng pakde sudah menunggu dan warkop baru sudah melambai-lambaikan tangannya memanggil dengan sayup-sayup kemesraan (apasihh!!). Istirahat sejenak setelah perjalan dari medan perang, makan minum dan pasti nya berbakar. Ada sedikit briefing bersama tim besar yang kemudian aku lanjutkan dengan tim kecil, dan kemudian aku briefing dengan sang hati (ehh, knp jadi curcol?).

Aktifitas briefing telah usai, aku anjurkan pasukan ku untuk kembali ke barak masing-masing untuk relaksasi raga dan pikiran mereka, karena satu hari ini telah full berperang (much love for you guys). Bergeraklah aku menuju tempat dimana aku biasa melihat pasukan ku menggasak materi untuk perang.

Ada sedikit briefing bersama pasukan ku pada saat itu.

Saling share tanpa ada hasrat untuk menjatuhkan satu sama lain, terima kasih untuk segala masukannya tim, itulah alasan kenapa aku tetap terus berada dalam kalian. Aku butuh kalian untuk aku maju, dan aku juga ingin kalian ikut maju bersama aku. Kalian hidupku, kalian nafasku, sama seperti kamu gadis tersayang. Kalian semua adalah masa depan dan hidup ku, walaupun terkadang hadir bias senyum dalam perjalanan kita, yakinlah itu hanya dorongan agar kita menjadi lebih baik.

Sudah waktunya aku kembali dinas, selamat siang dan terima kasih. (udah tinggalin aja, bacaan gk penting gini)
 
No more blame I am destined to keep you sane
Gotta rescue the flame
Gotta rescue the flame in your heart

No more blood, I will be there for you my love
I will stand by your side
The world has forsaken my girl

I should have seen it would be this way
I should have known from the start what she's up to
When you have loved and you've lost someone
You know what it feels like to lose

She's fading away
Away from this world
Drifting like a feather
She's not like the other girls
She lives in the clouds
She talks to the birds
Hopeless little one
She's not like the other girls I know

No more shame, she has felt too much pain, in her life
In her mind she's repeating the words
All the love you put out will return to you

#Lyrics